Perang Panipi Part III
![]() |
Ilustrasi ( Foto : https://blogunik.com) |
- Advertisement -
Karlotapost-Artikel- Belanda kebingungan menghadapi Panipi, mereka berusaha mencari siasat untuk melawannya mereka mengajak Panipi untuk berunding, dan alasan Belanda untuk berunding ialah agar tidak terjadi korban pada rakyat yang berperang, mereka juga menyatakan bahwa Panipi tidak akan ditangkap, pada dasarnya Panipi merupakan orang yang suka bermusyawarah akhirnya datang kepada kepala pemerintah penjajah di kota.
Panipi ditemani oleh kawan kawan dekatnya, rupanya mereka tidak menyadari siasat busuk penjajah, ketika mereka sudah sampai dan berhadapan langusng dengan kepala pemerintah penjajah maka polisi dan tentara Belanda, dengan segera menyerang dan menangkap mereka. Panipi membuat perlawanan namun tidak dapat melindungi teman-temannya akhirnya ia pun menyerah Panipi dengan teman-temannya dibuang ke Makassar atau Ujung Pandang.
Tidak berlangsung lama Panipi dan kawan-kawannya segera kembali ke Gorontalo mereka pulang tidak memakai kapal, tetapi berjalan kaki melalui hutan-hutan, pengembaraan mereka sangat jauh berbahaya dan menghabiskan tenaga, mereka berjalan siang dan malam sambil bersembunyi dari pengintaian polisi dan tentara. Makanan mereka hanyalah daun atau buah-buahan yang diperoleh dalam hutan, dengan semangat dan ketabahan hati akhirnya sampailah mereka di Gorontalo.
Rakyat yang mendengar bahwa Panipi telah pulang ke Batudaa datang bergabung lagi. Panipi memimpin kembali satu pasukan seperti dulu dan bersumpah setia untuk berjuang melawan penjajah lagi. Laki-laki dan perempuan semua membawa senjata apa saja yang ada pada mereka, Panipi lagi dan lagi menyatakan perang kepada pemerintah penjajah di Gorontalo. Saat Belanda mendengar bahwa panipi telah kembali dan membentuk pasukan perlawanan, maka mereka pun datang menyerang.
![]() |
Ilustrasi ( Foto : Beranda Museum Sejarah Gorontalo) |
Pasukan Belanda membawa bedil dan senapan sedangakan Panipi dengan pasukannya hanya bersenjata pedang, Kris, pisau, tombak dan pemukul. Mereka membiarkan pasukan Belanda masuk langsung ke dalam benteng setelah pasukan Belanda berada di dalam benteng barulah mereka menyerang dengan tiba-tiba dari jarak yang dekat, pasukan Belanda terkejut dan kacau, mereka tidak sempat menembakkan peluru dan terpaksa melayani dengan pedang pula.
Panipi dengan teman-temannya yang lebih menguasai medan menggunakan kesempatan itu untuk membunuh tentara dan polisi Belanda terjadilah perkelahian dan saling tusuk menusuk, karena pasukan Panipi sangat berani dan bersemangat maka dengan demikian pasukan Belanda dikalahkan. Sebagian di tinggalkan tergeletak mandi darah, dan yang lainnya lari menyelamatkan diri pemerintah penjajah yang terus menelan kekalahan itu, berusaha mencari siasat lagi Belanda menangkapi teman-teman dan keluarga Panipi, mereka dijadikan tawanan penjajah dengan maksud agar Panipi bersedia menyerah.
Panipi diminta lagi bermusyawarah oleh Belanda dia diperkenankan mengajukan kemauannya tetapi musyawarah itu belum selesai ia ditangkap, Belanda mengatakan kalau ia tidak menyerah maka semua teman dan keluarganya akan ditangkap dan diasingkan Panipi sangat sayang kepada teman-teman dan keluarganya, ia pun menyerah dan dibuang ke Ternate ia dikawal oleh pasukan Belanda yang garang, Panipi dibawa dengan perahu layar yang besar ia tidak dipenjarakan di Ternate tetapi diberikan kepada Raja Ternate.
![]() |
Literatur |
Raja Ternate sangat tertarik kepada Panipi karena ketaatannya beribadah sebagai orang yang beragama Islam tingkah lakunya yang sopan santun menyebabkan ia sangat disukai oleh orang-orang di Ternate, Panipi tidak suka mencari perkara terutama dengan rakyat Ternate, tetapi kalau terjadi perkara antara polisi Belanda dengan rakyat, maka ia dengan segera membela rakyat dalam perkelahian dengan orang Belanda atau kaki tangan Belanda.
Panipi selalu menang ia sangat berani menghadapi kaum penjajah di manapun berada, tidak takut dengan senjata api karena Panipi kebal dengan peluru, tidak lama di Ternate ia pun kembali ke Gorontalo, rakyat Ternate yang sayang kepadanya membantunya dengan perahu layar kembali ke tumpah darahnya, tentara Belanda tidak mengetahui keberangkatan Panipi, setelah mengarungi lautan yang lebar dan dalam antara Ternate dan Sulawesi akhirnya mendaratlah Panipi di Pantai Batudaa dan disambut gembira oleh rakyatnya.
Artikel ini diambil dari Buku, Cerita Rakyat Kepalawanan Gorontalo. Oleh Dr. Nanti Tuloli – STIKIP GORONTALO – 1993.