23.8 C
Gorontalo
Minggu, September 24, 2023

Hukum Jabat tangan pria wanita – Belajar Islam Ahlussunnah

, Hukum Jabat tangan pria wanita - Belajar Islam Ahlussunnah, , ,

Tanda-Tanda Hati Terjangkiti Riya’ – Belajar Islam Ahlussunnah

, Tanda-Tanda Hati Terjangkiti Riya' - Belajar Islam Ahlussunnah, , ,

Hukum Akhwat Menjadi PNS – Belajar Islam Ahlussunnah

, Hukum Akhwat Menjadi PNS - Belajar Islam Ahlussunnah, , ,
GorontaloCerita Rakyat Kepahlawanan Gorontalo Perang Panipi Part Akhir

Cerita Rakyat Kepahlawanan Gorontalo Perang Panipi Part Akhir
C

Cerita Perang Panipi Part Akhir

Ilustarasi (Foto : Beranda Museum Sejarah Gorontalo)
- Advertisement -

Karlotapost-Artikel– Teman-teman Panipi yang masih ada, datang mengunjunginya mereka berembuk lagi untuk meneruskan perang melawan penjajah, rupanya penderitaan di tempat pengasingan bukan menjadikan ia jera malah semakin membakar semangatnya untuk memperjuangkan nasib rakyatnya.
Mereka membuat lagi pasukan yang terdiri dari sisa-sisa pasukan lama dan ditambah dengan pemuda yang datang dari tempat lain, mereka juga melatih pasukan itu dengan cara-cara berperang dan membela diri, semua anak buahnya dilatih bermain silat atau LANGGA, semangat pemuda juga dibina agar kuat dan tangguh menghadapi pasukan Belanda yang bersenjata senapan dan bedil di antara pasukan itu ada pula yang mempunyai senapan dan bedil sisa senjata yang ditinggalkan oleh pasukan Belanda pada perang yang lalu.
Kedatangan Panipi tercium oleh mata-mata Belanda mereka segera melaporkan kepada kepala pemerintahan penjajah di Gorontalo, penjajah juga telah mendengar bahwa panipi sedang menghimpun kekuatan untuk melawan lagi penjajah, hal itu menimbulkan lagi kemarahan kepala pemerintah Belanda di Gorontalo ingin menumpas kegiatan perlawanan Panipi sampai ke akar-akarnya.
Beberapa siasat dijalankan oleh penjajah keluarga Panipi ditangkap dan dipenjarakan, ada pula yang diasingkan namun Panipi tidak mau menyerah pasukan Belanda yang dikirim untuk menangkap Panipi selalu mengalami kegagalan bahkan mati terbunuh, rakyat sangat merahasiakan di mana Panipi berada setelah semua siasat Belanda mengalami kegagalan maka akhirnya mereka mengirim 1 pasukan yang dipimpin langsung oleh seorang Kapten suku Gorontalo kapten itu sudah berpengalaman dalam berbagai perang dan juga termasuk kebal peluru dan senjata tajam.
Terjadilah perang besar ketiga di Bua banyak tentara kedua belah pihak yang mati bergelimang darah Panipi telah membunuh banyak tentara penjajah sebaliknya Kapten itupun telah membunuh anggota Panipi, setelah pertempuran berlangsung lama maka tinggallah Panipi berhadapan dengan Kapten itu mereka menunggang kuda dan Panipi berkata dengan nada ejekan kepada kapten itu ” lebih baik engkau pulanglah saja ke kota engkau tidak akan mampu menangkap ku dalam keadaan hidup” ucap Panipi, kapten itu membalas dengan ejekan pula ”  perlihatkanlah semua keahlianmu marilah kita bertanding dengan keris di tangan biarkanlah keris kita yang akan menentukan” kata Kapten kepada Panipi.
Ilustrasi ( Foto : https://blogunik.com)
Sambil tertawa terbahak-bahak kedua tokoh itupun bertempurlah dengan keris mereka, seperti hanya bermain-main saja dengan senjata terjadilah tusuk menusuk, tetak-menetak, tendang menendang, perang tanding telah berlangsung lama namun belum ada yang kalah.
Hari pun telah mulai petang kedua tokoh itu mulai merasa letih setelah sekian lama berperang di atas kuda seperti dikomando keduanya melompat dari kuda masing-masing, mereka bertempur sambil mengandalkan kelincahan kekebalan dan keberanian pada waktu mulai gelap kedua tokoh itu berseru dengan sekeras-kerasnya, suara mereka menggema laksana suara dua raksasa yang sedang bertempur di angkasa ajal telah tiba untuk kedua tokoh yang bertentangan itu.
Panipi menusuk sambil berseru demikian pula kapten itu menusuk dengan suarakan yang lantang akhirnya kedua tokoh itu tertusuk oleh senjata lawannya, Panipi tertusuk di dada sedangkan kapten itu tertusuk di lehernya mereka menghembuskan nafas terakhir sambil saling menatap mata ke arah masing-masing tatapan mereka mengandung keheranan kagum dan rasa tidak percaya dan tamatlah cerita kedua tokoh yang berlawanan tersebut.
Literatur

Perang panipi pun berakhir dengan matinya tokoh pemimpin rakyat itu, kini orang-orang tinggalah mengenang namanya yang harum dan keberaniannya menentang penjajah.
Artikel ini diambil dari Buku, Cerita Rakyat Kepalawanan Gorontalo. Oleh Dr. Nanti Tuloli – STIKIP GORONTALO – 1993.

- Advertisement -

Check out other tags:

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Most Popular Articles