KARLOTAPOS-Artikel- Cerita Si Limonu sambungan, Hiahulawa tidak menjawab hanya bersila atau duduk terdiam sambil menundukkan kepalanya, dengan muka yang mulai memerah karena malu.
Dalam adat Gorontalo, jika sang anak tidak memberikan jawaban dan hanya menunduk sambil diam, tanda-tandanya sang wanita setuju, melihat tanda itu, maka bapak tua pun berkata kepada Polamolo.

“Saya dan istri menerima dengan baik lamaran tuan hanya satu yang kami minta janganlah engkau sia-siakan dia”
Dengan demikian anak semata wayang dari bapak tua itu yang bernama Hiahulawa dinikahkan dengan Pemuda anak Raja Gorontalo yang bernama Polamolo.
Proses pernikahan tersebut disaksikan oleh para penjaganya yang selalu setia mengikuti Polamolo, ia sangat merasakan kebahagiaan, begitupun dengan istrinya alhasil pemuda itu lupa dengan tugasnya mencari seorang pendekar yang bisa melawan hemuto.
Namun setelah 3 bulan ia tinggal di tempat istrinya, Polamolo teringat lagi dengan tugasnya dan berkeinginan untuk meneruskan perjalanannya ke tanah putih, atau Tomini permintaannya tersebut disetujui oleh istrinya.
Hiahulawa, mengetahui bahwa suaminya menyimpan beban yang sangat berat, dua tahun sudah berlalu Polamolo meninggalkan sang istri, ia menyinggahi beberapa teluk dan pelabuhan kecil dengan harapan untuk menemukan para pendekar.
Akan tetapi belum bisa dapatkan para pendekar yang mau dan mampu melawan sang musuh, yaitu Hemuto harapannya pun belum terkabulkan karena lawan yang satu ini namanya sudah tersohor terkenal dengan keberanian dan kesaktiannya.
Dengan tangan yang hampa Polamolo kembali ke Gorontalo sebelum meneruskan perjalanan ke istana ayahnya, ia sehingga di rumah istrinya yang dulu ditinggalkan waktu Polamolo berpamitan sang istri sedang mengandung anaknya.
Saat kepulangannya diketahui anaknya sudah bisa berjalan dan berlari, tidak berselang lama keluarga kecil itu berkumpul, Polamolo kembali meminta izin kepada istri, anak dan mertuanya untuk kembali ke kerajaan ayahnya.
Karena ia ingin menjaga ayah dan ibunya, dengan nuansa yang haru keluarga kecil itu pun berpisah, entah kapan waktunya untuk berjumpa kembali.
Polamolo berpesan kepada sang istri agar anaknya dijaga dengan baik apabila, anak itu sudah dewasa Polamolo memintanya agar berkunjung ke kerajaan ayahnya di Gorontalo.
Raja muda itu pun mulai turun dari rumah istrinya menuju ke perahu, ketika hendak naik ke atas perahu ditemui sang anak sudah ada di dalam perahu, terpaksa Polamolo turun lagi dan mengatakan sang anak ke pangkuan ibunya.
Saat ia kembali naik ke atas perahu tiba-tiba anaknya sudah ada di atas perahu terlebih dulu, kejadian tersebut berulang sebanyak tujuh kali, dan Polamolo teringat sesuatu, hatinya berkata.
“Pasti ada sesuatu yang dikehendaki anak ini”. Ia bertanya “apakah gerangan yang engkau inginkan, hai putraku?” Sang anak tidak menjawab sepatah kata pun, tetapi anak itu menunjuk ke keris kecil atau BALADU, yang terselip di pinggangnya Polamolo.
Mengertilah ia, bahwa anaknya menginginkan keris kecil tersebut. Polamolo mengambil keris beserta sarungnya lalu diselipkan ke pinggang anaknya, akhirnya akan itu segera melompat dari atas perahu dan lari ke rumah ibunya.
Dan Hiahulawa memberikan nama pada anaknya adalah LIMONU, artinya seorang yang luar biasa dan mengherankan, anak itu sudah mulai tumbuh besar dengan sangat cepat, ia mulai kuat, dan kesuksesan bermain raga sendiri di hutan atau di tepi sungai.

Artikel ini diambil dari Buku, Cerita Rakyat Kepalawanan Gorontalo. Oleh Dr. Nanti Tuloli – STIKIP GORONTALO – 1993.
Next Part IV