Meskipun media sosial adalah cara terbaik untuk terhubung dengan orang-orang dan teman-teman dari seluruh dunia, media sosial hadir dengan serangkaian efek positif dan negatifnya yaitu penyakit sosmed itu sendiri. Dalam satu aspek, media sosial telah menaungi berbagai aspek kehidupan kita. Terlepas dari bagaimana Anda melihat media sosial, ada baiknya untuk memahami bahwa kecanduan media sosial itu nyata dan dapat berdampak negatif pada kehidupan dan kesehatan Anda.

Ini adalah penyakit yang merangsang hormon beracun dalam tubuh yang membuat orang gelisah ketika tidak memposting atau kehilangan empati melihat kecelakaan dan senang untuk melihat nomor baik itu berupa followers, likes dan sebagainya.
‘Penyakit’ yang dimaksud juga dapat ‘Mendorong Pembuli’ yang dapat menciptakan ‘Sikap Ketakutan’. Kekuasaan dan kontrol yang cenderung kasar (termasuk juga mengontrol sikap dan kontrol koersif) merupakan cara orang meraih suatu kekuasaan maupun mempertahankannya sebagai bentuk kontrol atas orang lain dan membuat korbannya mengalami pelecehan psikologis, fisik, seksual, atau finansial. Apa itu Social Media Marketing

Hidup di zaman millenial membutuhkan usaha ekstra dibandingkan dengan hidup pada beberapa dekade lalu. Perkembangan dunia digital tidak hanya memberikan kenyamanan, bahkan terkadang membuat jarak di antara kami.
Tak jarang berbagai perilaku menyimpang yang timbul dari paparan konten negatif dapat diakses melalui sosmed. Bahkan, hal ini bisa saja dapat menyebabkan tindak kekerasan, baik sebagai pelaku atau sebagai korban.
Bahkan, para psikolog telah memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh media sosial. Baru-baru ini, anggota parlemen di Inggris telah menyarankan bahwa kecanduan media sosial harus dianggap sebagai gangguan medis oleh WHO. Mereka juga menambahkan bahwa perusahaan di balik platform sosial seperti Facebook dan Google harus menyumbangkan 0,5% dari keuntungan mereka untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Pengaturan penggunaan sosmed
Anggota parlemen U.K ingin membentuk kewajiban yang akan memberikan platform media sosial tanggung jawab untuk mengatur penggunaan media sosial oleh kaum muda. Ofcom, regulator media, akan diberikan kewenangan untuk menegakkan aturan tersebut. Laporan tersebut nyaris tidak mengejutkan karena House of Lords memberikan laporan serupa awal bulan ini tentang perlunya mengatur platform sosial di dunia digital. Ofcom akan mengatur platform dengan cara yang sama seperti pada perusahaan telekomunikasi.

Soal pajak media sosial masih menjadi perdebatan karena tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara masalah kesehatan mental dan kecanduan media sosial. Hal ini membuat sulit untuk menentukan seseorang yang berisiko tinggi terkena penyakit mental dengan kecanduan media sosial.
Sekelompok anggota parlemen U.K membuat panggilan ke platform media sosial untuk memberikan penelitian dengan semua informasi yang diperlukan untuk membantu mereka menganalisis masalah, dan menurut Prinsip Pencemar Membayar, mereka harus membayar pajak yang dikutip dari keuntungan mereka. Dana tersebut akan membantu meningkatkan Social Media Health Alliance untuk membantu tim peneliti memberikan bukti yang jelas tentang hubungan antara media sosial dan kesehatan mental. Hasil penelitian harus diungkapkan kepada publik.
Selanjutnya, dari keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan besar teknologi ini dalam beberapa tahun terakhir, mereka akan diminta untuk membayar pajak sekitar 2%. Statistik menunjukkan bahwa Facebook sendiri menghasilkan keuntungan sebesar $415.000 per tahun dan Google menghasilkan $1,34 juta. Masalahnya adalah tidak ada perusahaan yang disebutkan namanya telah mengajukan proposal atau mengomentari hal yang sama.
Grafis diatas menggambarkan akan dampak serius dari kecanduan sosmed, meski beberapa kita baru sadar akan kejadian ini namun kebanyakan dari kita tidak begitu memperdulikan hal ini.
Bahkan, para psikolog telah memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh media sosial. Anggota parlemen di Inggris telah menyarankan bahwa kecanduan media sosial harus dianggap sebagai gangguan medis oleh WHO. Mereka juga menambahkan bahwa perusahaan di balik platform sosial seperti Facebook dan Google harus menyumbangkan 0,5% dari keuntungan mereka untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Namun dilain sisi Peningkatan eksponensial dalam penggunaan media sosial (SM) telah menjadikannya alat yang ampuh dalam membangun kesadaran, pendidikan, pelatihan, dan keterlibatan komunitas di IPC.
rma.org/tech-addiction/why-social-media-addiction-is-disease/